FAUNA YANG HIDUP DIPULAU SUMATERA
Sama halnya flora, fauna pun banyak yang hidup dan berkembang biak dipulau sumatera, namun seiring berjalannya waktu
dan perkembangan zaman banyak juga fauna yang hidup disumatera yang hampir punah,karena
diburu dan dibunuh untuk diambil kulitnya. Sungguh sangat memalukan hal
tersebut namun demikian kita, untuk
melestarikannya fauna yang hampir punah mari kita sama-sama menjaga fauna yang
masih ada dan hidup, agar fauna ini akan terus hidup hingga akhir.
Berikut ini adalah fauna yang sebagian besar hidup dipulau sumatera
1.HARIMAU SUMATERA
Harimau Sumatra atau dalam bahasa latin disebut Panthera tigris sumatrae merupakan satu dari lima subspisies harimau (Panthera tigris) di dunia yang masih bertahan hidup. Harimau Sumatera termasuk
satwa langka yang juga merupakan satu-satunya sub-spisies harimau yang masih
dipunyai Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera
tigris sondaica) dinyatakan punah.
Hewan dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di Pulau Sumatera, Indonesia.
Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 400–500 ekor. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) semakin langka dan dikategorikan sebagai satwa yang terancam
punah.
Harimau dipercaya
merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun yang lalu semasa zaman dinosaurus
di Asia Barat (Andrew
Kitchener, “The Natural History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di
China dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan
Asia Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi
bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya ke
Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebagiannya lagi terus bergerak ke
barat hingga ke India (Hemmer,1987).
Harimau Sumatera dipercaya
terasing ketika permukaan air laut meningkat pada 6.000 hingga 12.000 tahun
silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi spesies
terpisah, bila berhasil lestari.
2. BADAK SUMATERA
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu spesies
badak yang dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). Badak sumatera (Sumatran
rhino) juga merupakan spesies badak terkecil di
dunia merupakan satu dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan dari
kepunahan selain badak jawa, badak india, badak hitam afrika, dan badak
putih afrika.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa, semakin langka dan
terancam kepunahan. Diperkirakan populasi badak bercula dua ini tidak mencapai
200 ekor. Wajar jika IUCN Redlist kemudian memasukkan badak sumatera (Sumatran rhino) dalam daftar status konservasicritically endangered (kritis; CE).
Badak sumatera dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Sumatran
rhino. Sering kali juga disebut sebagai hairy rhino lantaran memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak lainnya.
Badak Sumatera dalam bahasa latin disebur sebagai Dicerorhinus sumatrensis.
Ciri-ciri dan Habitat Badak
Sumatera. Badak sumatera memiliki dua
cula dengan panjang cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih
pendek sekitar 10 cm. Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara 2-3 meter dengan berat antara
600-950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar antara 120-135 cm.
Habitat badak sumatera meliputi
hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan meskipun umumnya binatang
langka ini menyukai hutan bervegetasi lebat. Satwa langka bercula dua ini lebih
sering terlihat di hutan-hutan sekunder dataran rendah yang memiliki air,
tempat berteduh, dan sumber makanan yang tumbuh rendah. Makanan utama badak
sumatera meliputi buah (terutama mangga liar dan fikus), dedaunan,
ranting-ranting kecil, dan kulit kayu.
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa penjelajah yang hidup dalam kelompok-kelompok
kecil meskipun umumnya hidup secara soliter (menyendiri).Pada cuaca yang cerah
sering turun ke daerah dataran rendah, untuk mencari tempat yang kering. Pada
cuaca panas ditemukan berada di hutan-hutan di atas bukit dekat air terjun.
3.GAJAH SUMATERA
Gajah Sumatra (Elephas maximus
sumatranus) adalah yang paling kecil dari ketiga subspesies dari Gajah Asia,
dan merupakan endemic untuk Pulau Sumatra. Sebelum terjadi perusakan
besar-besaran pada habitatnya, gajah secara luas tersebar di seluruh Sumatra pada
ekosistem yang beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer pada
ketinggian di atas 1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933
dalam Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai
adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di daerah jelajahnya. Di
masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan migrasi luas.
Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari
daerah gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu
kali ketika hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai.
2007).
Gajah sumatera mempunyai ciri
badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung belalai memiliki satu bibir. Berbeda
dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4 kuku
di kaki belakang. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram,
lebih kecil dari Gajah Afrika.
Gajah Sumatera dewasa dalam
sehari membutuhkan makanan hingga 150 kilogram dan 180 liter air. Dari jumlah
itu, hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap oleh pencernaannya. Untuk
memenuhi nafsu makan ini Gajah Sumatera melakukan perjalanan hingga 20 km
perharinya. Dengan kondisi hutan yang semakin berkurang akibat pembalakan liar
dan kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu makan dan daya jelajah bintang
berbelalai ini sering terjadi konflik dengan manusia.
Sebagaimana spesies gajah asia
lainnya, Gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama tidur, telinganya selalu
dikipas-kipaskan. Ia mampu mendeteksi keberadaan sumber air dalam radius 5
kilometer. Gajah Sumatera, mengalami masa kawin pada usia 10-12 tahun. Dan akan
melahirkan anak 4 tahun sekali dengan masa mengandung hingga 22 bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar